Pengobatan Ala Nabi
9:51 AM | Author: puthra

AT THIBBUN NABAWY

PENGOBATAN ALA NABI MUHAMMAD SAW

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt. Rabb penguasa dan penggengam alam semseta. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia agung, uswatun hasanah, pemberi contoh aplikasi wahyu Allah dalam segala aspek kehidupan, Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. adalah suri tauladan terbaik bagi kita umat islam (QS.33:21). Suri tauladan tersebut mencakup semua aspek kehidupan kita, termasuk dalam memelihara kesehatan atau berobat dan mengobati orang sakit. Allah Swt berfirman :“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.33:21).

Jika Allah telah menjamin bahwa rasulullah adalah teladan sempurna hal itu berarti semua amalan beliau adalah membawa keselamatan, kebaikan dan ridlo Allah Swt.amalan beliau tersebut tidak terbatas pada maslah-masalah ibadah maghdhoh saja tetapi mencakup semua aspek kehidupan termasuk juga kesehatan. Hal itu dikarenakan semua perkataan beliau adalah wahyu Allah Swt yang menciptakan alam semsesta dan memegang rahasianya (QS.21:45 ; 53:4).

Salah satu contoh di anatara sekian banyak hikmah dari amalanbeliau di bidang kesehatan adalah perintah beliau dalam hal makanan. Beliau saw apabila makan senaniasa mengunyah makanan selembut mungkin. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa beliau memerintahkan sahabatnya mengunyah makanan 33x. Bagi orang awam dan pendek akalnya, hal ini pastilah menjengkelkan. Tetapi tidak demikian bagi dokter. Mereka mendapai bahwa makanan yang dimakan dengan lembut akan dapat menghindarkan seseorang dari penyakit perut. Oleh karenanya para dokter menyarankan kita untuk mengunyah makanan selama 30 – 45 kali. Apa rahasianya? Tidak lain adalah bahwa makanan yang kita santap setelah melewati mulut dan kerongkongan akan turun memasuki lambung. Di dalam lambung inilah makanan akan dihancurkan supaya aman dicerna oleh usus halus. Saat makanan memasuki lambung, lambung akan mengeluarkan asam lambung yang fungsinya adalah menghancurkan makanan juga toksin atau pathogen-patogen yang masuk bermasa makanan. Bila makanan yang masuk ke lambung terlalu kasar (kurang lembut mengunyahnya) maka lambung akan mengeluarkan jumlah asalam lambung dan pepsin untuk mengancurkannya. Akbitanya, asam lambung dan pepsin ini akan berbalik melukai mukosa lambung yang menyebabkan terjadi peradangan lambung. Inilah penyebab penyakit maag. Subhanallah, betapa sempurnanya petunjuk Allah yang disampaikanNya melalui RasululNya.

KONSEP PEMGOBATAN RASULULLLAH SAW

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Said Bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Sholallahu alaihi wasalam

“Kesembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala), sayatan pisau hijamah (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”

“Gunakanlah dua penyembuh; Al Qur’an dan Madu” (HR. Ath Thabrani dari Abu Hurairah)

Masih banyak dalail dalil shahih yang menjelaska pengobatan nabawi. Tetapi dari cuplikan dua hadits tersebut dapat diketahui bahwa Pengobatan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw adalah : Al Qur’an, madu, al hijamah (sayatan pisau/bekam), dan kay tetapi rasululullah melarang yang terakhir ini.

a. Pengobatan dengan Al Qur’an.

Menerut Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya At Thibun Nabawy bahwa penyakit itu digolongkan 2 jenis yakni menyakit bathin dan penyakit dhahir (fisik). Penyakit batin adalah penyakit yang bverkaitan dengan jauhnya batin (hati) seseorang dari Allah Swt. Penyakit ini menyerah unsur ruh manusia seperti keranjingan, kesurupan dsb. Pengobatan penyakit ini adalah dengan Al Qur’an (Ibadah, do’a, ruqyah syar’iyah). Sedangkan yang kedua, adalah penyakit Dhahir (fisik). Penyakit ini obatnya adalah dengan obat-obatan dokter yang sesuai dengan al Qur’an (pembahasan sebab penyakit dan terapinya akan dibahas di lain bab dibelakang)

b. Pengobatan Dengan Madu

Allah Swt berfirman “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An Nahl:69).

Madu, merupakan makanan juga obat yang dinyatakan oleh Allah Swt dalam al Qur’an. Oleh karena itu Rasulullah Saw amat gemar menggunakan madu sebaga makanan maupun sebagai obat-obatan. Bahkan Beliau saw paling suka meminum madu di pagi hari dengan dicampur air dingin. Hal itu dimakdsudkan untuk menjaga atau mengobati penyakit usus. (Pembahasan tenatang pengobtan madu, insya Allah akan dibahas di lain bab). Keunggulam madu sebagai makanan dan obat dikarenakan ia di hasilkan dari lebah yang menghisap nectar bunga. Selain madu, rasulullah juga seringan menggunkan makanan atau tumbuhan sebagai pengobtan seperti : habatus sauda, kurma, mentimun mesir, susu kambing, dsb. Dari sinilah ada sebagian ulama yang menafsirkan madu sebagai obat-obatan alamiah.

c. Pengobatan Al Hijamah

(Pengobatan denh Al Hijamah, insya Allah akan di bahas di lain bab)

PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN RASULULLAH SAW.

1. KEYAKINAN BAHWA ALLAH SWT YANG MAHA PENYEMBUH

Bila memperhatikan pengobatan modern sekarang sungguh banyak yang bertolak belakang dengan prinsip pengobatan Rasulullah Saw. Manusia sekarang banyak beranggapan bahwa obat bisa menyembuhkan penyakit. Keyakinan ini adalah keyakinan yang batil bahkan bisa menjurus kepada syirik. Seorang ulama dari Malaysia H Ismail bin Ahmad mengungkapkan bahwa rata-rata pasien muslim yang berobat ke rumah sakit, setelah sembuh sakitnya mereka semakin jauh dari Allah Swt dikarenakan mereka memiliki keyakinan yang salah bahwa yang menyembuhkan mereka adalah obat disamping obat-obatn tersebut tidak bisa dipastikan kehalalannya.

Sebaliknya, Reasulullah mengajarkan bahwa Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Penyembuh. Allah berfirman, “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan aku.” (Asy Syu’ara:80). Keyakinan ini akan membantu pasien untuk tenang dan dekat kepada Allah yang pada akhirnya akan mempercepat proses kesembuhannya. Itulah sebabnya Rasulullah saw selalu mengajarkan orang yang sakit untuk berdoa kepada Allah Swt. Salah satu doa’ yang matsur adalah do’anya Nabi Yunus : Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimiin atau doa sebagai berikut :

“Allahumma rabbannaasi adhibil ba’sa wasyfi antas syaafii laa syifaa’a illaa syifaauka syifaan laa yughaadiru saqma” Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah,, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit” (HR Bukhari)

2. MENGGUNAKAN OBAT HALALAN WA THOYYIBAN

Prinsip pengobatan dalam Islam yang diajarkan Rasulullah yang kedua adalah Bahwa obat yang dikomsumsi harus halal dan baik. Allah Swt yang menurunkan penyakit, maka dialah yang menyembuhkan. Bila kita menginginkan kesembuhan dari Allah Swt maka media ikhtiar (penggunaan obat) kita haruslah media yang diridhoiNya. Allah melarang kita memasukan barang yang haram dan merusak ke dalam tubuh kita. Allah berfirman:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya “ (QS.Al-Maidah: 88)

“…dan janganlah kamu mencampakkan dirimu dalam kebinasaan..” (QS.2:195)

Rasulullah Saw bersabda : “Setiap daging (jaringan tubuh) yang tumbuh dari makanan haram, maka api nerakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi)

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)

Pengunaan obat yang halal disamping mendatangkan ridlo Allah adalah agar supaya badan tetap sehat. Ibnu Qayim menyatakan bahwa setiap yang haram bukanlah obat. Karena setiap yang haram tidaklah menyembuhkan melainkan akan mendatangkan penyakit baru yakni penyakit hati.

3. TIDAK MENIMBULKAN MUDHARAT

Prinsip pengobatan dala Islam yang ketiga adalah dalam menerapi pasien atau mengkonsumsi obat hendaklah diperhatikan kemudhoratan obat. Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat kepada pasiennya. Untuk penyakit sederhana obatnya adalah obat sederhana (dengan makanan/obat alamiah). Tidak boleh memberikan pasien dengan obat kompleks (obat kimia) sebelum menggunakan obat sederhana dikarenakan obat kompleks bisa memiliki sifat merusak tubuh pasien.

4. PENGOBATAN TIDAK BERSIFAT TBC (TAHAYUL, BID’AH & CHURAFAT)

Pengobatan yang disyariatkan dalam Islam adalah Pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah. Pengobatan dalam Islam tidak boleh berbau syirik (pergi ke dukun, kuburan, dsb). Allah sendiri selalu memberikan pertolongannya (obat) melalui pengetahuan sebab suatu penyakit.

5. SELALU MENCARI YANG LEBIH BAIK (IKHTIAR & TAWAKAL)

Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklak mencari obat atau dokter yang lebih baik. Dalam etika kedokteran Islam diajarkan bila ada 2 obat yang kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda beliau,

Abu Dawud, An Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya; katanya: Telah berkata Rasulullah saw: “Barang siapa yang melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak dikenal sebelum itu, maka dia bertanggung jawab (atas perbuatannya)”

SUMBER-SUMBER PENGOBATAN RASULULLAH SAW.

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Said Bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Sholallahu alaihi wasalam “Kesembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata ‘asala), sayatan pisau hijamah (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas.”

“Gunakanlah dua penyembuh; Al Qur’an dan Madu” (HR. Ath Thabrani dari Abu Hurairah)

Dari aparan hadits-hadits di atas dapat kita ketahui bahwa sumber pengobatan rasulullah Saw adalah :

  1. Al Qur’an
  2. Madu (Obat Alamiah), atau
  3. Gabungan Al Qur’an dan obat alamiah.

Tiga sumber pengobatan inilah yang utama dan mulia menurut Ibnul Qayim. Beliau mengatakan bahwa cirri pengobatan dalam Islam adalah pengunaan Al Qur’an dan dengan bahan alamiah. Sementara pengobatan alopatik (kimia) tidaklah dikenal dalam pengobatan islam. Pengobatan ini munculnya dari orang-orang romawi yang digali dg prinsip sillogisme atas pendapat Aristoteles, dan Socrates. Sedangkan pengobatan islam digali atas dasar wahyu. Dengan demikian megikuti wahyu itu lebih pasti dan lebih selamat dari pada mengikuti pendapat manusia.

Kebenaran tentang kebaikan/keungulan obat alamiah dibandingkan dengan obat alopatik (kimia) telah ditemukan oleh para ahli medis belakangan ini. Di dalam Convention of Medical Heretic, Robert S. Mendelson, berkata bahwa hampir 100% antibiotik yg diberikan tidak perlu. Antibiotik hanya boleh diberikan 3-4 kali dalam hidup. Dalam buku Bad Treatment Bad Doctor : penggunaan antibiotik untuk salesme biasa secara berlebihan, mengakibatkan tubuh semakin lemah dan bakteria makin kuat. Penyakit semakin sukar dirawat, yang berarti risiko maut semakin besar.

Kegiatan Ramadan di Luar Negeri
9:31 AM | Author: puthra
Jakarta - Adalah merupakan hal yang baru, alhamdulillah tahun 2008 ini Warga Pengajian Wina (Wapena) yang merupakan paguyuban pengajian warga Indonesia di Wina telah berhasil mendatangkan seorang Ustadz selama bulan Ramadhan. KBRI Wina yang selalu mendukung kuat program kegiatan Wapena – seperti tahun-tahun sebelumnya – menyediakan aulanya untuk dijadikan pusat kegiatan keislaman warga Indonesia di kota cantik di tengah benua Eropa ini.

Dengan komitmen warga dan semangat berswadaya secara finansial yang cukup tinggi, warga Wapena telah menghadirkan Ustadz Dr. Atabik Luthfi, MA, yaitu seorang narasumber yang ahli dalam bidang tafsir kontemporer, menguasai bidang fiqih dan seorang yang menggiatkan diri dalam kegiatan dakwah. Ustadz Atabik selain berprofesi sebagai dosen, juga adalah ketua Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) wilayah DKI Jakarta. Kedatangan seorang narasumber ini dirasa penting dan relevan oleh warga Wapena, yang mendambakan seorang ahli yang dapat menjawab persoalan-persoalan keseharian mereka terkait masalah fiqih, ibadah, pendidikan anak, tafsir ayat Al Qur’an dan Hadits serta pemahaman keislaman dalam konteks sebagai Muslim di negeri Barat. Wargapun meminta Ustadz untuk menemani dan memberikan panduan dan bimbingan selama bulan suci yang penuh berkah ini.

Kegiatan Ramadhan di aula KBRI Wina sendiri diadakan tiap hari Rabu, Jum’at dan Sabtu. Aktivitas tersebut biasanya diawali dengan buka puasa bersama, sholat Maghrib berjama’ah, makan malam, kajian oleh Ustadz dan diskusi, sholat Isya dan ditutup dengan sholat tarawih. Saat menentukan awal puasa, Ustadz dan panitia menyempatkan berkunjung ke Vienna Islamic Center – yang merupakan satu-satunya bangunan berbentuk masjid besar di antara ratusan masjid kecil di Wina – untuk memastikan awal puasa bagi warga Indonesia di Austria. Masjid Islamic Centre dijadikan referensi karena jalinan kontak langsung dengan Pemerintah Arab Saudi.

Kegiatan Ramadhan di KBRI Wina tahun ini sangat diminati oleh warga, karena selain lezatnya makanan berbuka yang disiapkan oleh ibu-ibu Wapena, ini dijadikan kesempatan oleh warga untuk menggali dan meng-implementasi nilai-nilai keislaman yang dipaparkan oleh Ustadz. Salah satu kajian menarik yang dibawakan adalah bedah buku the seven Islamic Daily Habits yang mencoba mengupas esensi ayat-ayat dalam surat Al Fatihah dalam pengejewantahan aplikatifnya ke dalam kehidupan diri seorang Muslim sehari-hari.

Selain warga Indonesia yang rutin hadir dalam acara pengajian, alhamdulillah Wapena juga menjadi wadah bagi warga Malaysia dan Singapura yang ikut berbaur dalam acara-acara keislaman tersebut. Bahkan, semangat warga Wapena dapat terlihat dari padatnya acara Ustadz selama di Austria. Jika kebetulan acara tidak dilangsungkan di KBRI, warga dengan inisiatif sendiri mengundang Ustadz untuk berbuka puasa di rumah mereka dan tentunya diselipi juga dengan kajian singkat lengkap dengan tanya jawabnya.

Tampak bahwa meski banyak dari warga Wapena yang telah tinggal lama di Austria, namun kecintaan mereka terhadap Islam tetap tidak pernah padam. Ramadhan sebagai bulan saling berinteraksi, mengayomi, silaturrahmi dan beribadah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh warga untuk sarana taqarrub ilallaah (mendekatkan diri kepada Allah). Bahkan juga terlihat bahwa beberapa warga secara antusias terlibat percakapan dengan Ustadz untuk curhat dan menanyakan persoalan pribadi untuk mendapatkan jawaban yang sesuai kaidah agama.

Ustadz Dr. Atabik Luthfi dalam beberapa kesempatan menekankan kepada jama’ah untuk memperbaiki kualitas diri sebagai seorang Muslim dengan peningkatan kualitas ibadah mahdhoh, memperbanyak ibadah sunnah dan merekatkan silaturrahmi dan persaudaraan (ukhuwwah) sesama Muslim. Tentunya harapan ini dapat tercapai, jika setiap diri berkomitmen dengan keislamannya, lalu menanamkan pengaruh yang kuat dalam keluarganya dan menciptakan komunitas yang bersemangat dalam kesatuan serta saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.

Untuk mendapatkan generasi unggulan yang bermoral, maka komunitas Wapena telah mengadakan beberapa lomba untuk anak-anak dalam rangka memperingati Nuzulul Qur’an. Pengurus Warga Pengajian Wina mengadakan lomba membaca Al Qur’an, menghapal surat-surat pendek dan do’a-do’a keseharian serta beberapa kuis untuk mengetahui pemahaman anak-anak mengenai Islam. Dalam acara penuh kegembiraan ini, anak-anak yang menang lomba mendapatkan hadiah sementara semua peserta juga memperoleh hadiah hiburan.

Mudah-mudahan setiap hari di bulan suci ini, akan menambah keimanan para warga Wapena pada khususnya dan kita semua pada umumnya, demi mencapai derajat takwa.
Sedikitnya 50 ekor ayam gelonggongan ditemukan di Pasar Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur saat Dinas Pertanian bersama Dinas Pasar melakukan inspeksi mendadak (sidak)

Ayam-ayam itu terbukti telah disuntik air oleh pedagang, setelah disembelih sehingga terlihat menggembung pada bagian dubur ayam. Namun, petugas hanya menyita satu ekor ayam dan KTP milik pedagang untuk dijadikan bukti dalam berita acara pemeriksaan.

Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner, Lena, mengatakan sidak yang dilakukannya tersebut baru merupakan shock therapy terhadap pedagang. Sehingga apabila di kemudian hari masih ada pedagang yang terbukti menjual ayam gelonggongan, maka pihaknya mengancam akan mempolisikan pedagang.

"Ini masih ringan, tak ada yang diberi sanksi. Jika kedepan para pedagang masih nekat berjualan daging gelonggong, mereka akan berurusan dengan polisi," ujar Lena kepada wartawan, Rabu (24/9/2008).

Sementara salah seorang pedagang ayam bernama Ali (45) menuturkan, dirinya biasa menjual ayam suntik air dan angin, karena banyak pembelinya menginginkan ayam yang besar dan berat. Sedang ayam potong biasa, kurang diminati pembeli.

"Harganya kami jual sama dengan ayam biasa, sekira Rp26 ribu hingga Rp28 ribu per ekor. Semua itu kami lakukan karena kalau ayamnya kecil tidak ada yang mau beli," jawabnya enteng.